Riyadh (ANTARA News) - Raja Saudi Abdullah menyerukan persatuan Arab dan Palestina di hadapan "agresi" Israel ketika ia membuka sidang Dewan Shura (konsultatif) baru kerajaan itu Selasa, seperti diberitakan AFP.
Berbicara satu pekan sebelum pertemuan puncak Liga Arab di Qatar, Abdulah mengatakan pada badan yang memiliki 150 anggota yang ditunjuk itu bahwa perbedaan di antara negara-negara Arab dan Islam telah dieksploitasi oleh Israel dan menyumbang pada "cuaca gelap" di kawasan itu.
Namun ia menambahkan bahwa perselisihan yang mendalam di antara kelompok-kelompok Palestina yang bahkan lebih serius ketimbang kebijakan Israel sebagai tantangan bagi persatuan Arab.
"Tantangan yang dihadapi negara anda, pada tingkat domestik dan tingkat negara-negara Arab dan Islam...minta sebanyak dua kali tanggungjawab dalam menghadapi tantangan karena tantangan itu muncul satu setelah yang lainnya, termasuk agresi Israel yang membuat kerusakan di tanah tersebut (Gaza)," katanya.
Kekhawatiran khususnya adalah "perselisihan Palestina di antara saudara-saudara yang lebih serius dalam membahayakan urusan kita saja ketimbang agresi Israel", kata raja, juga menunjuk pada "perbedaan Arab dan Islam yang menggetarkan musuh dan menyakiti teman".
Agresi 22 hari Israel yang mematikan terhadap Jalur Gaza pada peralihan tahun telah memperdalam perselisihan antara penguasa wilayah itu Hamas dan presiden Palestina Mahmud Abbas yang didukung-Barat.
Agresi itu juga menciptakan keretakan di dunia Arab antara pemerintah seperti Qatar dan Suriah yang menyuarakan dukungan pada Hamas, dan Arab Saudi serta Mesir yang berpihak dengan tegas pada Abbas.
Arab Saudi sejak itu mendorong keras rekonsiliasi Arab, menjadi tuan rumah bagi para pemimpin Suriah, Mesir dan Kuwait untuk pertemuan puncak-mini 11 Maret dalam upaya untuk menyelesaikan perbedaan sebelum pertemuan puncak Arab yang ditetapkan pada 29 dan 30 Maret.
Kerajaan itu juga telah minta berulang kali pada gerakan Islam Hamas untuk memperbaiki hubungan dengan pemimpin Palestina.
Berbicara satu pekan sebelum pertemuan puncak Liga Arab di Qatar, Abdulah mengatakan pada badan yang memiliki 150 anggota yang ditunjuk itu bahwa perbedaan di antara negara-negara Arab dan Islam telah dieksploitasi oleh Israel dan menyumbang pada "cuaca gelap" di kawasan itu.
Namun ia menambahkan bahwa perselisihan yang mendalam di antara kelompok-kelompok Palestina yang bahkan lebih serius ketimbang kebijakan Israel sebagai tantangan bagi persatuan Arab.
"Tantangan yang dihadapi negara anda, pada tingkat domestik dan tingkat negara-negara Arab dan Islam...minta sebanyak dua kali tanggungjawab dalam menghadapi tantangan karena tantangan itu muncul satu setelah yang lainnya, termasuk agresi Israel yang membuat kerusakan di tanah tersebut (Gaza)," katanya.
Kekhawatiran khususnya adalah "perselisihan Palestina di antara saudara-saudara yang lebih serius dalam membahayakan urusan kita saja ketimbang agresi Israel", kata raja, juga menunjuk pada "perbedaan Arab dan Islam yang menggetarkan musuh dan menyakiti teman".
Agresi 22 hari Israel yang mematikan terhadap Jalur Gaza pada peralihan tahun telah memperdalam perselisihan antara penguasa wilayah itu Hamas dan presiden Palestina Mahmud Abbas yang didukung-Barat.
Agresi itu juga menciptakan keretakan di dunia Arab antara pemerintah seperti Qatar dan Suriah yang menyuarakan dukungan pada Hamas, dan Arab Saudi serta Mesir yang berpihak dengan tegas pada Abbas.
Arab Saudi sejak itu mendorong keras rekonsiliasi Arab, menjadi tuan rumah bagi para pemimpin Suriah, Mesir dan Kuwait untuk pertemuan puncak-mini 11 Maret dalam upaya untuk menyelesaikan perbedaan sebelum pertemuan puncak Arab yang ditetapkan pada 29 dan 30 Maret.
Kerajaan itu juga telah minta berulang kali pada gerakan Islam Hamas untuk memperbaiki hubungan dengan pemimpin Palestina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar