Money Politik dalam Konteks Budaya "Pekewuh" di Indonesia

Minggu, 05 April 2009

Money Politik dalam Konteks Budaya "Pekewuh" di Indonesia

Money Politik sepertinya sulit lepas dari ajang demokrasi yang begitu hingar bingar saat ini (walaupun saya adem ayem saja). Beberapa waktu kemarin aku ditelepon ditanya apakah saya akan menggunakan hak pilih saya atau tidak. Kalau mau menggunakan saya akan dikasih uang sebagai balasan memilih. Lho sekarang kalau milih dibayar ya ?.usut punya usut ternyata saya disuruh milih caleg tertentu sebagai imbal bayarannya.

bagi saya sih nggak ngefek lawong saya netral aja kok. Tapi dari hasil pantauan saya ternyata budaya "pekewuh" itu berpengaruh cukup besar dikalangan pedesaan. Orang-orang dipedesaan merasa sungkan pada caleg yang sudah ngasih uang tapi nggak milih dia. Biasanya sih gerilya ngasih duwit kayak gini dilancarkan pada akhir-akhir masa hampir pemilu biar "orangnya" ingat kali ya siapa yang ngasih duwit terakhir (paling banyak).

3 komentar:

nugraha mengatakan...

Kayaknya, uangnya diterima aja, tapi masalah memilih orang yang ngasih duit, itu beda lagi. Kan nggak akan ketahuan, lagian duitnya kan dikasih, bukan minta ? he..he.. :)

artikel kesehatan mengatakan...

Kapan ya, kampanye yang bersih (dari segala noda) itu akan tercipta di Indonesia ? Coba kalau kampanye tanpa politik uang, bisa nggak ya ?

Agung Puji M mengatakan...

kalau ditanya kapan akan bersih mah susah, bayangkan aja wong kampanye itu khan pake duit (^__^), khan duit-duit calegnya juga jadi ya mo minta balik duitnya nanti klo bisa kepilih kalau nggak ada kemungkinan butuh duit tambahan di rumah sakit tertentu (tahu sendiri khan rumah sakit yang mana).

kalau suruh nerima ogah saya. "Gak pateken" bahasa jawanya. paling juga beberapa puluh ribu. Bukan suatu hal yang bener lho nerima duwit yang jelas-jelas untuk sogokan gitu