Rabu, 25 Juni 2008

Aku demo, Mobil KU Bakar

Edan, bener-bener udah edan kayaknya mahasiswa jaman sekarang. Katanya sih mau bela kepentingan rakyat gitu. Mahasiswa pada demo sana-sini, "ini untuk memperjuangkan nasib rakyat", "ini untuk itu dan sebagainya".

Emang kalau meperjuangkan nasib rakyat harus bakar ban ditengah jalan ya ?. Klo mau memperjuangkan kepentingan rakyat itu ya harus blokir jalan biar rakyat sama pejabatnya nggak bisa lewat ya ? klo mau berjuang atas nama rakyat itu klo ketemu polisi alasannya apapun harus digebuki ya ? Klo merusak barang milik negra itu juga harus dilakukan ya ? Klo mahasiswa-mahasiswa yang nunjukin pantatnya di TV ke polisi itu untuk memperjuankan nasib rakyat ya ? Rakyat disini mah makan nasi, bukan pantat euy.

Dan alasan klasiknya lagi tuh ya mahasiswa sukanya bilang gini : "Padahal pasca reformasi seperti ini aparat polisi dituntut tidak lagi menggunakan cara-cara kekerasan yang melanggar HAM ketika melakukan aksi demonstrasi" (kata ketua PIJAR seingatku ).

Lho yang melanggar HAM duluan itu siapa ya ?
Kalau mahasiswa blokir jalan umum itu melanggar HAM nggak ya ? Klo mahasiswa melakukan aksi anarkis itu nggak melanggar HAM tho tapi kalau polisi ya melanggar gitu ya ?

Mas-mas mahasiswa nggak ngelihat apa kalau kalian-kalian itu sekarang dah pada dibenci masyarakat. Lihat aja tuh polling-polling diberita. Terus yang mahasiswa-mahasiswa bela ini siapa ?

Selasa, 24 Juni 2008

Ya Allah, jangan jadikan akhirku seperti akhir Mirza Ghulam Ahmad

Do You know about Mirza in love ? apa ya kira-kira hubungan tulisan ini sama judulnya ?. Sekarang aku bercerita tentang kehidupan suram Mirza Ghulam Ahmad, nabi palsu yang akhirnya mati dengan cara yang tragis.

Kita mulai dari kisah cinta Mirza Ghulam Ahmad. Abdullah Hasan Alhadar, dalam bukunya Ahmadiyah Telanjang bulat Dipanggung Sejarah, menuliskan kisah itu dengan judul ‘love Affair Mirza’. Dia menyebutnya ‘kisah 1001 malam’ dengan MGA sebagai majnunnya. Roman ini, mulanya ditulis oleh penulis india, Sheikh Abu Bakar Najar, dalam risalah Do You Know About Mirza in Love?

Alkisah, pada suatu hari, MGA yang sudah sakit-sakitan akibat diabetes, vertigo, gangguan penglihatan, dan lain-lain, melihat gadis bernama Muhammadi Begum. Dia putri paman ibu Mirza, Mirza Ahmad Beg. Jatuh cinta, MGA, yang telah beristri dua, melamar gadis itu. Tapi betapa terkejutnya nabi Mirza, karena lamarannya ditolak.

Buntutnya, MGA mengumumkan ‘wahyu’ yang susul-menyusul. Mulai yang berkonten persuasif, hingga mengancam dan mengultimatum. Tadzkirah hlm 157 menyatakan: “maka Allah menyatakan kepadaku, hendaklah engkau melamar perempuannya yang paling besar untukmu, dan katakanlah kepadanya (Ahmad Beg) agar dia menjadikan engkau sebagai menantu lebih dahulu….dan jika engkau tidak menerima (lamaranku) maka ketahuilah bahwa Allah telah mengabarkan kepadaku bahwa (kalau kamu) menikahkan anakmu dengan laki-laki lain, maka tidak diberkahi dan juga kepadamu (ahmad Beg). Dan jika kamu merasa takut, maka akan ditimpakan kepadamu bencana-bencana. Dan bencana yang paling akhir adalah kematianmu, kamu akan mati setelah pernikahan itu tiga tahun bahkan kematian itu lebih dekat, dan mati itu akan datang sedang kamu dalam keadaan lalai. Begitu pula suaminya akan mati setelah dua tahun enam bulan….”

Dalam Izalatil Auham hlm.396, Mirza mengumumkan ‘wahyu’: “Bahwa putri Ahmad Beg akan menjadi salah seorang istrinya, tetapi keluarganya akan menentangmu dan akan berusaha supaya perkawinanmu tidak terlaksana. Tapi jangan khawatir karena Allah akan memenuhi janjinya dan menyerahkan putri itu padamu, dan tak ada seorang pun sanggup menghalangi apa yang menjadi kehendak Allah.”

Karena orang tua gadis iut tak terpengaruh, turun lagi wahyu seperti tertulis di Asmani Risalat hlm 40: “Aku Allah telah menikahkan gadis itu padamu, hai mirza! Tak ada perubahan atas kata-kata-Ku….”

Di kitab Tukhfah Baghdad hlm. 28, MGA juga menulis wahyu: “bergembiralah engkau hai Mirza, bahwa Aku menikahkan engkau dan Aku telah kawinkan gadis itu dengan engkau.”
Karena wahyu-wahyu itu tak kesampaian, masyarakat mulai mengolog-olog MGA. MGA mengumumkan lalu ‘wahyu’ yang tercatat di Dafa Elwathawis hlm 228: “Biarlah mereka yang mengingkari kebenaran akan diperingatkan dan menyesali diri mereka, demikian ramalanku pasti tepat.”

‘wahyu’ terus turun, tapi Ahmad Beg memutuskan menikahkan putrinya dengan seorang pemuda, sultan Muhammad, MGA lalu menulis surat berisi permohonan dan peringatan yang dikirimkan kepada sejumlah keluarga gadis itu. Tapi, penolakan tak berkurang.
Bahkan, istri anaknya, juga menolak. Buntutnya, MGA meminta anaknya, Mirza Fadl menceraikan istrinya. Putra lainnya yang tidak menyukai cara-cara ayahnya, dihardik oleh Mirza dan tidak diberi hak waris. Peristiwa ini tertulis di Seeratul Mahdi hlm 22.
Pad 7 April 1892, ketika pengikut-pengikut MGA sedang asyik berdoa di masjid agar perkawinan batal, diluar masjid terjadi keramaian. Resepsi pernikahan Muhammadi dengan Sultan sedang berlangsung.

Meresponsnya, turun lagi ‘wahyu’ yang tercatat di Tadzkirah hlm 160-161: “ Sesungguhnya dia akan dijadikan seorang janda, dan suaminya serta bapaknya akan mati tiga tahun kemudian setelah hari pernikahan. Kemudian kami akan mengembalikannya kepadamu setelah kematian mereka berdua…”

Waktu terus bergulir. Sembilan tahun sudah usia pernikahan Muhammadi-sultan, dan tak terjadi apa-apa. Pada 1 Agustus 1901, MGA meunlis diharian Al Hakam Vol 5 No 29: Sesungguhnya gadis ini belum menjadi istriku, namun demikian jangan kira aku tidak akan mengawininya. Sebagaimana aku telah katakan sebelumnya. Dan barang siapa mencemooh aku, akan mendapat malu. Karena gadis ini masih hidup maka ia akan menemui aku dalam suatu perkawinan yang akan datang.”

Tahun 1908, MGA meninggal saat sedang di dalam WC (untuk buang air besar). Dia mengeluarkan semacam busa dari mulutnya. Seperti kita ketahui bawah para Nabi dan Rasul dikubur ditempat meninggalnya. Kalau Mirza Ghulam Ahmat itu nabi kira-kira gimana ya kalau dia dikubur di WC gitu ?. Adapun Muhammadi dan Sultan, tetap hidup. Bahkan Sultan ikut perang Dunia I. Dia memang mendapat luka-luka , tapi sembuh dan hidup bahagia bersama istrinya.

(diambil dari ahsinmuslim.wordpress.com dengan tambahan)

Jangan Sebut Aku As-Syahid

Jika kelak aku mati karena berjihad, jangan katakan Agung Syahid, cukuplah katakan semoga Agung tergolong orang-orang yang syahid di jalan Allah. Karena jika engkau memastikan aku syahid aku kawatir engkau telah melangkahi Allah dalam masalah ini.

Lihatlah Al-Imam Al Bukhori rohimahulloh menerangkan tentang ini dalam kitab shohihnya pada sebuah bab yang berjudul “Tidak Boleh Mengatakan Si fulan Syahid”. Lantas beliau memaparkan hadits tentang seseorang yang berperang bersama Rasululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam melawan orang-orang musyrik dengan hebatnya sehingga orang-orang banyak yang memujinya. Tetapi Rasululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,”Dia adalah penghuni neraka”. Apa sebabnya Rasululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan demikian ? Sahabat laki-laki tadi berkata kepada Rasululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ketika laki-laki ini terluka parah dalam peperangan, ternyata dia tidak tahan terhadap sakitnya dan ingin segera mati. Maka dia menancapkan pedang ke tanah dan ujung pedang diletakkan pada ulu hatinya. Hingga dia menusukkan pedang tadi dan membunuh dirinya sendiri. Kemudian Rasululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sesungguhnya seseorang itu benar-benar mengamalkan amalan penduduk surga menurut penglihatan manusia padahal dia termasuk penduduk neraka. Dan sesungguhnya seseorang itu benar-benar mengamalkan amalan penduduk neraka menurut penglihatan manusia padahal dia termasuk penduduk surga.”

Korupsi, Korupsi, dan korupsi lagi

Klo dibuat buku besar nih kayaknya masih kurang aja buat nyatat yang namanya korupsi di negeri ini. Emang susah ngilangin budaya rame-rame satu ini. Entah berapa nama lagi yang harus berakhir di rung kecil yang selalu dijaga aparat itu. Tapi nggak ada kapoknya juga ya ?

Kayaknya ide yang sangat bagus itu kalau yang korupsi itu hukumnya dipotong tangan aja biar pada merinding kalau mau curi uang Negara. Sama aja juga yang kolusi sama nepotisme yang sampai merugikan uang Negara.

Antara Gus Dur, Ahmadiyah, dan AAKBB

Heran aku dengan seseorang yang bernama Abdurrahman Wahid. Sudah nama depannya ditambahi Gus kok malah bela-bela orang ataupun kelompok yang jelas-jelas ingin meracuni umat islam. Ahmadiyah yang sudah dibilang sesat sama MUI eh malah dibela-bela. Alasannya HAM lah, UUD lah dan lain-lain. Padahal dari dulu sampai sekarang dasar islam itu ya Al Qur’an lho Pak Abdurrahman, bukan Undang-Undang apalagi HAM yang orang-orang barat itu.

Ingat firmat Allah Ta’ala:
Barang siapa yang tidak berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang kafir. (Al-Maidah: 44)

Tambah aneh lagi yang bela-bela Pak Abdurrahman Wahid. Alasannya sih Abdurrahman Wahid itu kyai, ilmunya sudah tinggi kadang-kadang orang awam kayak kita ini nggak ngerti maksudnya apa. Halah, klise banget kalo bagiku. Jaman kayak gini ? lawong Sabda Rasulullah saja aku masih paham. Padahal kita kan tahu mana yang lebih mulia Abdurrahman Wahid atau Rasulullah, ya jelas Rasulullah. Logikanya kalau ilmunya Abdurahman Wahid saja aku nggak paham apa lagi ilmunya Rasulullah ?. Aneh, harusnya orang semakin berilmu ya semakin mudah dalam memahami bicaranya karena bisa memaparkan suatu hal dari banyak segi (kecuali kalo orangnya memang sulit bicara beda lagi urusannya)

Yang aneh lagi tuh, yang namanya AAKBB. Sudah jelas-jelas tujuannya bela-bela aliran sesat yang ada dalam islam. Lawong mereka itu emang orang islam ? kalau adapun paling orang-orang islam liberal kali. Eh malah dibela. “La piye tho iki” bahasa jawanya.

Jika seandainya mereka mau

Jika seandainya setiap individu rakyat negeri ini yang katanya didzolimi mau mendoakan kebaikan untuk pemimpin-pemimpin mereka sungguh berbahagianya diriku ini. Karena aku yakin Allah akan mengabulkan do’a orang-orang yang terdzolimi.

Aku ingin setiap individu rakyat negeri ini berdoa “Ya Allah, jika pemimpin kami saat ini berbuat dzolim sadarkanlah ia atas siksamu kelak di akhirat. Jika pemimpin kami tidak bemaksud berbuat dzolim akan tetapi jalan yang ditempuhnya adalah salah, berilah petunjuk padanya agar kembali ke jalan yang benar. Jika kedzoliman pemimpin-pemimpin kami tidak bisa dihilangkan, ciptakanlah anak-anak yang shalih dari mereka yang kelak menggantikan mereka. Ya Allah aku bersabar atau pemimpin-pemimpin kami yang dzalim karena ini adalah perintah-Mu. Ya Allah aku menahan mulutku berbicara tentang kejelekan-kejelekan pemimpin kami atas perintah-Mu. Kabulkanlah permintaan kami, berikanlah kepada kami pemimpin-pemimpin yang adil yang sanggup memenuhi hak-hak agama ini”

Tapi aku mendapatkan rakyat negeri ini lebih banyak mencaci, mencaci dan mencaci lagi. Mata dan telingaku terasa bosan melihat demo sana-sini yang katanya untuk kepentingan rakyat tapi masih juga mukulin polisi yang nggak tahu apa-apa.